Wednesday 11 May 2016

Kategori Fatis Bahasa Minangkabau dalam Buku Carito Etek Siar




ABSTRAK
Padli Ramadhan, 2011. Kategori Fatis Bahasa Minangkabau dalam Buku Carito Etek Siar. Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang 2016.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya kata, gabungan kata, dankelompok kata yang berkategori sebagai kategori fatis banyak digunakan dalam buku Carito Etek Siar. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menjelaskan bentuk-bentuk kategori fatis yang terdapat dalam buku Carito Etek Siar, 2) menjelaskan distribusi dan makna kategori fatis dalam buku Carito Etek Siar. Ada tiga metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian, yaitu 1) metode dan teknik penyediaan data, menggunakan metode simak, teknik sadap dan teknik catat 2) metode dan teknik analisis data, menggunakan metode padan ortografis, metode padan translasional, metode padan refrensial dan 3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data, menggunakan metode formal (Sudaryanto, 1993:145).
Dari hasil analisis data ditemukan 74 (tujuh puluh empat) bentuk lingual kategori fatis yang terbagi atas tiga bentuk tataran lingual, yaitu tataran lingual satu kata, dua kata dan tiga kata atau lebih. Kategori fatis bahasa Minangkabau yang digunakan dalam buku Carito Etek Siar ada yang berposisi di awal, di tengah, dan akhir kalimat. Akan tetapi, posisi letak kategori fatis bahasa Minangkabau lebih banyak menempati posisi tengah dan akhir kalimat. Kategori fatis yang berposisi di awal kalimat jumlahnya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bentuk kategori fatis yang berposisi di tengah dan akhir kalimat. Kategori fatis bahasa Minangkabau bermakna menegaskan, menguatkan, menekankan, dan menghaluskan.

Kata Kunci: kelas kata, kategori fatis, bahasa Minangkabau






PENDAHULUAN
Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponen-komponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai ciri-ciri keumuman yang disebut dengan kesemestaan bahasa.Akan tetapi, dibalik kesemestaan itu dapat dilihat adanya kekhasan dan kekhususan dari masing-masing bahasa.
Bahasa daerah merupakan bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri dalam interaksi sosial masyarakat.Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa bahasa daerah dikenal sebagai bahasa yang sangat ekspresif, karena bahasa daerah merupakan media penyampaian ungkapan perasaan dan emosi penuturnya.Selain itu, bahasa daerah sangat kaya dengan satuan lingual yang berkaitan dengan pengungkapan perasaan dan emosi.Salah satu bentuk satuan lingual yang dimaksud adalah kategori fatis,kategori ini sering digunakan dalam bahasa Minangkabau.
Kategori fatis adalah kategori yang bertugas untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana, 2007:114). Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur. Kridalaksana (2007:116) menyebutkan bahwa kategori fatis ada yang berbentuk partikel, kata, dan frase.
Bentuk-bentuk fatis sering digunakan oleh masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam komunikasi sehari-hari, tanpa kehadiran kategori ini tuturan masyarakat Minangkabau akan terasa hambar, tidak bernilai rasa dan mitra tutur pun akan menanggapinya dengan biasa-biasa saja. Selain itu, hal ini berpengaruh terhadap isi dari tuturan oleh penutur kepada mitra tutur menjadi kurang kukuh.Oleh karena itu, kehadiran satuan lingual ini berperan penting dalam bahasa Minangkabau.
Berkembangnya ilmu membaca dan menulis masyarakat Minangkabau telah membawa bahasa Minangkabau ke dalam ranah tulisan.Salah satunya adalah bukuCarito Etek Siar yang ditulis oleh Adriyetti Amir.
Carito Etek Siar (berikutnya disingkat menjadi CES) adalah buku yang menghadirkan cerita lepas dalam bahasa Melayu-Minangkabau. Cerita-cerita lepas yang terdapat di dalamnya merupakan cerita yang pernah dipublikasikan dalam suratkabar daerah, Bukittinggi Pos dan Singgalang. Selain itu, cerita lepas dalam buku ini berisi kejadian-kejadian di daerah maupun nasional yang menarik dari sisi kemanusiaannya. Lebih dalam lagi buku ini menceritakan tentang apa-apa yang terdengar di masyarakat, situasi kampung, cara hidup, dan cara masyarakat kampung itu memandang masalah. Di sinilah letak pentingnya buku CES untuk melestarikan bahasa dan kebudayaan masyarakat Minangkabau melalui karya berupa buku.
Buku ini memuat 78 (tujuh puluh delapan) buah cerita singkat berbahasa Melayu-Minangkabau dengan judul yang berbeda-beda. Penulis mengumpulkan data yang berkaitan dengan kategori fatis dari dua puluh lima (25) judul cerita yang dipilih secara acak dalam buku tersebut. Hal ini dilakukan karena penggunaan variasi bahasa di setiap judul cerita tidak memiliki banyak perbedaan dan lebih memudahkan penulis dalam memperoleh data.Penulis berharap dari semua cerita singkat tersebut dapat memenuhi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena bahasa yang digunakan dalam buku tersebut merupakan bahasa Melayu-Minangkabau yang sangat menarik untuk diteliti.

KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu 1) mendeskripsikan bentuk-bentuk fatis bahasa Minangkabau yang terdapat dalam buku CES dan 2) mendeskripsikan distribusi dan makna fatis bahasa Minangkabau yang terdapat dalam buku CES, diperoleh kesimpulan bahwa :
Pertama, bertolak dari semua data yang dikumpulkan di dalam buku CES yang kemudian dilanjutkan dengan pengklasifikasian data, ditemukan 74 (tujuh puluh empat) bentuk lingual kategori fatis dalam bahasa Minangkabau. Dari semua bentuk kategori fatis tersebut terdiri dari bentuk tataran lingual satu kata, tataran lingual dua kata dan tataran lingual tiga kata atau lebih. Bentuk-bentuk kategori fatis tersebut antara lain:
1) a, 2) bagai, 3) bana, 4) banalah, 5) bih, 6) ciek, 7) do, 8) e, 9) jeh, 10) juo, 11) juolah, 12) kan, 13) kolah, 14) komah, 15) lah, 16) lai, 17) mah, 18) malah, 19) mangko, 20) monah, 21) ndak, 22) ngomoh, 23) nyeh, 24) sae, 25) saelah, 26) tek, 27) tumah, 28) yeh, 29) alah tumoh, 30) a tu, 31) bagai do, 32) bagai monah, 33) bana do, 34) bana komah, 35) bana nyeh, 36) bana tumoh, 37) bitu mangko, 38) ciek lai, 39) gak ciek, 40) juo nyeh, 41) kan lai, 42) ko a, 43) lah bih, 44) lai dih, 45) lai do, 46) lai moh, 47) mah a, 48) mangko lah, 49) nyo den, 50) pulo bagai, 51) pulo lai, 52) pulo mah, 53) pulo ndak, 54) pulo tumah, 55) pulo yeh, 56) sae do, 57) sae lai, 58) sae jeh, 59) sae lah, 60) sae ngomoh, 61) sae nyeh, 62) tek a, 63) tek lai, 64) tumoh a, 65) yo sabana, 66) a juo lah, 67) bana lai tumoh, 68) bana tu do, 69) dalam pado itu, 70) juolah gak ciek, 71) kok li lai, 72) lah jadi tumoh, 73) pulo tek lai, 74) sabagai alah juo ko do.
Kedua, kategori fatis bahasa Minangkabau yang digunakan dalam buku CES ada yang berdistribusi di awal, di tengah, dan akhir kalimat. Akan tetapi, posisi letak kategori fatis bahasa Minangkabau lebih banyak menempati posisi tengah dan akhir kalimat. Adapun kategori fatis yang berposisi di awal kalimat, jumlahnya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bentuk kategori fatis yang berposisi di tengah dan akhir kalimat. Kemudian berdasarkan pengklasifikasian data dalam buku CES, dapat disimpulkan bahwa kategori fatis bahasa Minangkabau bermakna menegaskan, menguatkan, menekankan, dan menghaluskan. Semua makna tersebut secara keseluruhan terdiri atas dua puluh enam (26) buah makna kategori fatis bahasa Minangkabau. Makna-makna kategori fatis tersebut adalah sebagai berikut:
1) Makna menguatkan dugaan, 2) Makna menegaskan pemberitahuan, 3) Makna menekankan pertanyaan, 4) Makna menegaskan penyangkalan, 5) Makna menekankan keberadaan, 6) Makna menekankan ketidakberadaan, 7) Makna menekankan penunjukkan, 8) Makna menegaskan ketidaksetujuan, 9) Makna menegaskan ketidakpedulian, 10) Makna menghaluskan sanggahan, 11) Makna menegaskan sanggahan, 12) Makna menegaskan larangan, 13) Makna menghaluskan larangan, 14) Makna menekankan intensitas, 15) Makna menguatkan pujian, 16) Makna menekankan jumlah, 17) Makna menekankan penidakan, 18) Makna menekankan kebersediaan, 19) Makna mempertegas ejekan, 20) Makna menekankan cemeeh, 21) Makna menekankan kebenaran, 22) Makna menegaskan ketidak-aslian, 23) Makna menekankan kekecewaan, 24) Makna menekankan kesamaan, 25) Makna menekankan rasa pesimis, 26) Makna menekankan keluhan.


DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2007. Kelas Kata Bahasa Minangkabau. Padang: FBSS UNP.
Alwi, Hasan, dkk.2003.Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ayub, Asni, dkk. 1993.Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jasmalinda. 2011. “Penggunaan Kata Dek Dalam KABA Klasik Minangkabau” Skripsi Fakultas Sastra Universitas Andalas. Padang: Universitas Andalas.
Kridalaksana, Harimurti. 2004. Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2007.Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kristina. 2004. ”Kategori Fatis Bahasa Minangkabau” Dalam jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia, no 2 tahunke 22. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Moussay, Gerard. 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Noviatri. 2002. “Konstituen ndak dan i (ndak) dalam bahasa Minangkabau”. Laporan Penelitian Unand.
Noviatri dan Reniwati.2010. Kategori Fatis Bahasa Minangkabau di Kabupaten Padang Pariaman. Padang: Minangkabau Press.
Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. 2001. SEMANTIK LEKSIKAL (Edisi Kedua). Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Putri, Widia, Afrina. 2012. “Kategori Fatis Bahasa Minangkabau di Kanagarian Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan”. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Padang: Universitas Andalas.
Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Sudaryanto. 1993. Metodedan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tarigan, Henry, Guntur. 1986. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Usman, Abdul Kadir. 2002. Kamus Umum Bahasa Minangkabau Indonesia. Padang: Anggrek Media.
Yusra, Hasnawati. 2012. “Kategori Fatis Bahasa Minangkabau Dalam Kaba Rancak Di Labuah. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Padang. Padang: UniversitasNegri Padang.

No comments: