Thursday 14 August 2014

Laporan Bacaan Skripsi tentang KABA Rancak di Labuah

Lihat juga tulisan Novel Merantau Ke Deli

...................................................................................................................................................................
PENDAHULUAN
Laporan buku atau laporan bacaan adalah sebuah laporan yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa membaca buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan, serta meningkatkan kemampuan mereka memahami isi buku-buku yang diwajibkan atau dianjurkan, serta mingkatkan kemampuan mereka memahami isi buku-buku tersebut.
Laporan bacaan ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) semester lima, jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Buku yang penulis baca adalah sebuah skripsi yang berjudul “Peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah” oleh Yulia, Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas pada tahun 2007 .
Skripsi yang terdiri dari lima puluh empat halaman ini, ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar  Sarjana Sastra. Di dalam skripsi tersebut terdapat empat BAB yaitu, BAB I Pendahuluan, BAB II Analisis terhadap Peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah, BAB III Hubungan Peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah dengan Nilai-nilai Kebudayaan Minangkabau dan BAB IV Penutup.

RINGKASAN BUKU
BAB I. Pendahuluan
Peribahasa merupakan ungkapan dari sekelompok masyarakat yang mengandung pandangan dan tujuan hidup dari masyarakat pendukungnya. Disamping itu, peribahasa sebagai salah satu ungkapan tradisional juga terkandung dalam karya-karya tulis misalnya kaba. Kata kaba berasal dari khabar (bahasa arab) yang berarti “pesan” atau “berita”. Kata khabar berubah dalam ucapan bahasa Minangkabau menjadi kaba, kemudian berkembang menjadi kaba yang berupa cerita.
KABA merupakan karya sastra yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Minangkabau, umumnya berisi kritikan social terhadap realitas yang ada di sekitar pengarangnya. Awalnya KABA disampaikan dalam bentuk lisan oleh seorang ‘tukang kaba’ kepada pendengarnya, dimana proses penyampaiannya adalah dengan cara berdendang, diiringi dengan bunyi-bunyian khas Minang seperti rabab atau saluang.
Namun seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, kegiatan sastra lisan seperti yang dilakukan oleh ‘tukang kaba’ itu, sudah mulai terabaikan. Tetapi pada hakikatnya perubahan bentuk kaba ini menjadi bentuk tulis tidak mengurangi kandungan yang ada di dalamnya atau ciri kelisanannya. Berdasarkan wacana di atas, maka penelitian ini akan mengkaji peribahasa dalam kaba, yaitu kaba Rancak di Labuah sebagai objek penelitian.
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah berupa tanda peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah, kemudian makna yang terkandung pada setiap tanda peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah, dan hubungan tanda peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah dengan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah, yang pertama untuk memahami tanda peribahasa yang terkandung dalam Kaba Rancak di Labuah. Kedua,  untuk memahami makna peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah. Ketiga, untuk mendeskripsikan hubungan tanda peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah dengan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau.

BAB II. Analisis terhadap Peribahasa dalam “Kaba Rancak di Labuah”
Pada bagian ini, peribahasa dikelompokkan menjadi, peribahasa yang sesungguhnya, peribahasa yang tidak sesungguhnya, peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya, peribahasa perumpamaan, dan ungkapan yang mirip dengan peribahasa.

II.1. Peribahasa Yang Sesungguhnya
Peribahsa yang sesungguhnya adalah ungkapan tradisional yang mempunyai sifat-sifat, kalimatnya lengkap, bentuk biasanya kurang mengalami perubahan, mengandung kebenaran atau kebijaksanaan. Peribahasa ini berjumlah 14 buah. Peribahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Alah di rusuak manjariau, alah dikasau lakek atok
2.)    Ka lurah samo manurun, ka bukik samo mandaki
3.)    Ilmu padi makin baisi makin tunduak
4.)    Manungkuih tulang jo daun taleh, manyuruak di bawah lumbuang
5.)    Malu jo sopan tak babaleh, baso jo basi tak bahinggo
6.)    Nan elok samo dipakai, nan lamak samo dimakan
7.)    Kalau diuji ameh samo merah, kalau ditahia samo barek
8.)    Elok jo buruak galuik tumbuah, tingkah jo caran tak bahinggo
9.)    Lah bulek mangko digolekkan
10.) Bia lambek asa salamat, indak lari gunuang dikaja
11.) Kalau tapanjang dikareknyo, kok singkek diulehnyo
12.) Lidah indak batulang
13.) Siriah manyiriah kampia rokok
14.) Lain ikan lain umpannyo

II. 2. Peribahasa Yang Tidak Lengkap Kalimatnya
            Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya adalah ungkapan tradisional yang mempunyai sifat-sifat khas, kalimatnya tidak lengkap, bentuknya sering berubah, jarang mengungkapkan kebijaksanaan, biasanya bersifat kiasan. Dalam Kaba Rancak di Labuah terdapat 4 buah peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya, yaitu seperti dibawah ini:
1.)    Siang manjadi angan-angan, malam manjadi buah mimpi
2.)    Lalok nan indak talalokkan, lah sasak alam tampek diam
3.)    Indak tatampuah ujuang dahan, diam di bawah tapi sajo
4.)    Hujan taduah kabuiklah tarang

II. 3. Peribahasa Perumpamaan
Peribahasa perumpamaan adalah ungkapan tradisional yang biasanya dimulai dengan kata-kata “seperti” atau “bagai” dan lain-lain. Di Minangkabau sendiri peribahasa ini ditandai dengan kata “bak”. Peribahasa perumpamaan dalam Kaba Rancak di Labuah adalah sebagai berikut:
1.)    Hiduik bak cando induak ayam, mangakeh mangko mancotok
2.)    Geleang kapalo bak sipatuang, pancaliakan mambumbuang ka udaro
3.)    Bagai maelo tali jalo, raso katagang dikanduakan, agak kandua ditagangi
4.)    Lakunyo bak musang jantan, tidua siang bajago malam
5.)    Bak baliang-baliang di ateh bukik, kamano angina nan dareh, ka kiun pulo pikirannyo
6.)    Bak jangguik pulang ka daguak, bagai pisang masak sap arak
7.)    Bak kundi di ateh dulang, nan tak kanai manganaikan
8.)    Bak makan pisang masak, elok tpu manih ubeknyo
9.)    Bak balam jo katitiran, sabuni sagayo indak
10.)            Bak itiak dalam ayia
11.)            Bak ayam lapeh malam, kian kamari trumbu-rumbu
12.)            Bak balam tabang randah, ayam di lasuang tasambuha
13.)            Bak kancah nan laweh arang
14.)            Bak ayia dalam lauik

II. 4. Ungkapan-Ungkapan yang Mirip dengan Peribahasa
Ungkapan-ungkapan yang mirip dengan peribahasa adalah ungkapan yang digunakan sebagai penghinaan atau suatu jawaban yang pendek, tajam lucu, dan merupakan peringatan yang dapat menyakitkan hati. Dalam Kaba Rancak di Labuah hal ini ditunjukkan seperti berikut:
1.)    Badan malang badan cilako
2.)    Tinggi lonjak gadang galapua, diam di bawah tapi sajo
3.)    Sapantun si pongah dalam ngalau
4.)    Batureh tampak di lua, tapi di dalam kosong sajo

BAB III. Hubungan Peribahasa dalam “Kaba Rancak di Labuah” dengan Nilai-nilai Kebudayaan Minangkabau
            Nilai dalam konsep kebudayaan terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup di dalam alam fikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap mulia. Konsep ini terlihat dalam unsur kebudayaan yang menyangkut berbagai aktifitas manusia yang dipelajari. Unsur kebudayaan itu adalah bahasa, system pengetahuan organisasi social, system peralatan hidup, teknologi, system mata pencaharian hidup, system religi, dan kesenian.
Untuk melihat hubungan peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah dengan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau setidaknya dapat dilihat dari unsur kebudayaan seperti uraian di atas. Sedangkan unsur kebudayaan yang ditemukan di dalam peribahasa Kaba Rancak di Labuah terdiri dari; system pengetahuan, organisasi social, system mata pencaharian hidup, dan system religi.
            III. 1. Sistem Pengetahuan
            Sistem pengetahuan berwujud seperti pengenalan terhadap hal baru dan ia mempunyai suatu sistem tertentu, dengan sistem tersebut pemakai pengetahuan berinteraksi. Dalam peribahasa Kaba Rancak di Labuah, terkandung beberapa sistem pengetahuan yang mesti dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Pengetahuan itu berkaitan dengan adat atau norma yang berlaku di Minangkabau sejak dahulu antara lain pengetahuan tentang orang sumando, penghulu, sikap yang seharusnya bagi seorang perempuan dan laki-laki di tengah keluarga serta masyarakat. Ada juga undang-undang dan hukum adat Minangkabau. Semua pengetahuan itu diungkapkan secara panjang lebar dan dapat dimengerti.

            III. 2. Sistem Organisasi Sosial
            Organisasi social mempunyai pola tertentu yang merupakan tatanan yang diikuti oleh organisasi yang berdasarkan pada suatu konsep. Sedangkan organisasi social dalam tiap kehidupan masyarakat Minangkabau diatur oleh adat-istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dan bergaul dari hari-kehari. Dalam peribahasa Kaba Rancak di Labuah  mengandung nilai social yang diatur oleh ketentuan-ketentuan dan nilai-nilai yang berlaku. Untuk melihat nilai-nilai tersebut, setidaknya dapat dilihat dari lingkungan social masyarakat seperti lingkungan pemerintahan adat, dan lngkungan pergaulan social.

            III. 3. Sistem Mata Pencaharian Hidup
            Sistem ini dapat berupa konsep, rencana, kebijakan, adat-istiadat yang ada hubungannya dengan ekonomi, tetapi juga berupa tindakan dan interaksi berpola antar produsen, tengkulak, ahli transport, pedagang, petani, dan pengecer dengan konsumen atau berbagai peralatan. Untuk sistem mata pencaharian hidup dalam kehidupan masyarakat Minangkabau dapat berupa system-sistem yang bersifat tradisional berupa berburu, berternak, bercocok tanam di lading dan di sawah, serta menangkap ikan.

            III. 4. Sistem Religi
            Sistem religi dapat mempnyai wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, Dewa-Dewa, dan juga sebagai bentuk upacara, maupun benda-benda suci. Sistem religi dalam pandangan masyarakat Minangkabau dapat berupa kepercayaan kepada adanya kekuatan pencipta alam semesta yang dianggap lebih tinggi daripadanya, dan berusaha untuk melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan tadi. Sedangkan sistem religi yang terkandung dalam peribahasa Kaba Rancak di Labuah merupakan keyakinan tentang pencipta alam semesta yang diwujudkan dalam bentuk upacara adat seperti doa, makan bersama, dan orang-orang yang melakukan dan memimpin upacaranya.
            Gambaran rincinya yaitu dalam peribahasa Kaba Rancak di Labuah ajaran islam dan adat diletakkan pada posisi yang paling tinggi mengharuskan setiap individu untuk dijadikan pedoman dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal tersebut diwujudkan pada saat merayakan hari besar Islam yaitu hari raya Idul Fitri, merupakan hari kemenangan setelah berjuang menahan hawa nafsu dan godaan selama sebulan penuh.
            Kemenangan ini disambut dengan suka cita, segala sesuatunya dipersiapkan, baik persiapan lahir maupun persiapan batin. Persiapan lahir yaitu menghias diri dengan pakaian yang bersih atau lebih sering dengan pakaian baru. Sedangkan persiapan batin mengucapkan dan memberikan maaf bagi orang tua, saudara, kerabat atau tetangga dengan cara bersilaturahmi    
.
BAB IV. Penutup
            Kesimpulan
            Peribahasa dalam sistem social budaya Minangkabau lebih dilihat dan dimaknai sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi patokan, berprilaku, dan sekaligus mengajarkan masyarakat dalam mewujudkan kehidupan yang selaras dan seimbang.
            Peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah setelah dilakukan pengklasifikasian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peribahasa dalam Kaba Rancak di Labuah  berjumlah 38 buah. Peribahasa sesungguhya 14 buah, peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya 4 buah, peribahasa perumpamaan 16 buah, dan ungkapan yang mirip dengan peribahasa 14 buah.
            Dihubungkan dengan nilai-nilai kebudayaan dalam masyarakat Minangkabauyang sudah ada. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi, dan mempunyai fungsi social, seperti pendidikan, identitas diri, dan sebagai alat untuk memperoleh gengsi dalam masyarakat.

KESIMPULAN
            Setelah membaca skripsi ini dan membuat ringkasannya, saya memiliki kesimpulan terhadap isi dari skripsi ini. Kesimpulan saya adalah:
1.      Tidak adanya contoh kasus yang diberikan di dalam skripsi ini mengenai peribahasa-peribahasa yang berkaitan dengan nilai-nilai kebudayaan di Minangkabau. Seharusnya di setiap peribahasa yang ditemukan diberikan contoh kasus yang adadi masyarakat.
2.      Di dalam skripsi ini terdapat 38 contoh peribahasa yang terdapat pada Kaba Rancak di Labuah, namun dari sebanyak itu tidak digambarkan bagaimana peribahasa-peribahasa tersebut hadir di lingkungan masyarakat Minangkabau pada masa dahulu dan masa sekarang. Karena saya rasa hal ini sangat perlu untuk penilaian terhadap aplikasi dari peribahasa sebagai control social di lingkungan masyarakat.
3.      Untuk langkah awal sebuah penelitian, data yang ada pada skripsi ini bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut tentang sastra lisan berupa “peribahasa Minangkabau”.



No comments: