1. Pekerja-pekerja
berlarian dalam kantor setelah menerima gajian masing-masing,gaji yang
dihrapkan dari awal keujung bulan.yang menyebabkan setiap hari mereka memeras keringat. (Hlm:1).
Makna :yaitu bekerja
keras tampa mengenal lelah dalam menjalani kehidupan untuk bertahan hidup
Gaya bahasa : Hiperbol
2. Banyak
kuli-kuli tersadai atua tersangkut saja
disitu,tidak sanggup pulang lagi,tukang-tukan jual kain obral sangat lucunya,mulutnya
bersorak-sorak memanggil kuli-kuli perempuan. (hlm :1)
Makna :yaitu suatu kehidupan tempat
kediaman yang tidak bisa lagi berpindah ke tempat yang lainnya.
Gaya bahasa :Metafora
3. Meskipun
dagangannya terlalu kecil dan langgananya belum banyak,meskipun dagangannya
belum begitu laku,semuanya itu tidak menghalangi darah mudanya. (hlm:
6).
Makna :ialah orang yang mempunyai
semangat yang tangguh tampa mengenal lelah
Gaya bahasa :pleonasme
4. Yang
menarik hatinya,ke kebun ialah seorang kuli perempuan yang cantik,masih
muda.Dia istri “piaraan” dari mandur
besar.(hlm:6).
Makna :ialah seseorang
yang dilindungi.
Gaya bahasa :Simile
5. Memang
demikian anank muda yang baru kenal akan “bermain
mata”.mereka bermain mata,tak tahu bahwa perbuatan itu boleh menyulitkan
langkah bahwa itu kelak,yang akan mencelakakan dirinya sendiri.(hlm:7).
Makna :ialah orang yang
tidak tahan melihat seseorang yang lebih bagus atau yang lebih cantik,sehinga
dia akan menyulitka dirinya sendiri.
Gaya bahasa :sinisme
6. Tetapi
kau poniem,tersisih dn berbeza dari mereka,dalm dirimu rupanya terdapat darah budiman,meskipun dimana
engkau tinggal!.(hlm:14)
Makna :ialah orang
memiliki budi pekerti yang baik dan memiliki hati yang lembut.
Gaya bahasa : Pleonasme
7. Oh
Poniem,saya tak mau begitu,saya mau kawin,saya berjanji sepenuh bumi dan langit akan memeliharamu.(hlm:15)
Makna : ialah suatu janji yang besar
yang tak akan diingkari
Gaya bahasa :hiperbol
8. Saya
akan derita segala hinaan dan cacian,buat kau Poniem! biar kaum kerabat saya membusukkan saya,saya akan hidup dengan
engkau dan didalam hidup engkau iti.(hlm:15).
Makna : ialah seseorang
yang di buang dari kampungnya sendiri atau orang yang di kucilkan didalam
kampungnya
Gaya bahasa : hiperbol
9. Kalau
masih baru pindahlah dari satu tangan ketangan yang lain.Dan kalau sudah agak luntur,terpakssalah
masuk ke dalam hotel-hotel kepunyaan Tionghoa atau orang Jepung.(hlm :18).
Makna :ialah ketika
masih muda banyak orang yang suka dan apabila sudah agak tua sudah tidak ada
yang peduli.
Gaya bahasa :litotes
10. Apabila
“susu rimau” telah bermain diatas kepala,maka kuli-kuli itu tidak malu-malu
tampil ke muka,bersaut-sautan pantun dengan perempuan tandak itu dengan sahelai
selendang di tangannya.(hlm :21).
Makna : apabila orang telah
terpedaya dengan apa yang dianggap membuatanya senang maka dia akan melakukan
apa saja tampa malu-malu.
Gaya bahasa : Simile
11.
Itu
lah nasehat kawan yang lebih tua,
yang telah lama
makan garam kehidupan di tanah deli,nasehat
yang bukan menghinakan bakal istrinya,tetapi menunjukkan jalan yang akan
ditempuhnya. (hlm:24)
Makna :orang yang telah banyak merasakan
lika-liku kehidupan.
Gaya bahasa : asindenton
12.
Kalau kehidupan manis yang sudah-sudah,barulah manis darah muda hati mulai naik
belum lagi manis sesudah menempuh kepahitan ,yang selalu menyebabkan
sebuah rumah tangga laksana syurga
didalam hidup ini.(hlm:25)
Makna :ialah sesusah-susahnya hidup
kelak akan bahagia juga
Gaya bahasa :klimaks.
13. Oleh karena kemunduran perdagangannya,leman
kerap kali mengaluh,menarik nafas sebagai seorang terselip garam dalam
giginya.(hln:28).
Makna :orang yang hampir putus asa
menjalankan suatu pekerjaannya.
Gaya bahasa :simile
14.
Meskipun sedang makan
itu leman senyum-senyum juga,jelas kelihatan bahwa senyum
itudibuat-buatnya,bukan senyuman dari hati. Fikirannya tertubuk,terbayang
kemukanya,”kalau “hati dibawa gelak,tak
ubahnya seperti panas mengandung hujan”.
Makna :perasaan yang gelisah akan
terpancar di wajah kita walaupun di luar kelihatan senang.
Gaya bahasa :simile
15.
mari kita hidup berdua tumpahkan kepercayaanmu kepada ku,kepercayaan yang tiada berkulit dan berisi.(hlm:32).
Makna :kepercayaan yang tidah ada
batasanya dan tampa ada rasa enggan didalm hati.
Gaya
bahasa :
16. Sebab kehidupan itu
adalah laksana bahtera jua,si suami adalah nahkoda,si istri juragan,dengan berdualah selamat perjalanan itu.(hlm:33)
Makna :ialah apabial kehidupan itu
dijalani dengan rukun dan damai pasti akhirnya akan bahagia selamanya.
Gaya bahasa :simile
16. Karena
tak ubahnya anak dagang itu merupakan unggas pipit terbang berbondong.hinggap di pohon yang lebat
bunganya.kelak bunga itu telah gugur ke bumi,burung-burung itupun akan hinggaplah
kepohon-pohon yang lain pula,yang masih segar bunganya.(hlm:36)
Makna :ialah kehidupan itu tidak akan selalu indah pada masanya
akan ada berubahan Gaya bahasa
:simile
17.
Orang tidak
insaf,biasanya kalau bintang akan naik walaupun bagai mana tebalnya awan
tidaklah akan dapat menghalangi cahayanya.(hlm:40).
Makna :ialah orang yang berbuat jahat apapun yang
menghalanginya tidak akan dihiraukannya.
Gaya bahasa :simile.
18. Maka ditentukanlah hari
berangkat, habis gajian 30 (hal 45). (Sinekdoke)
19. Poniem sangat merasa beruntung dan bertambah
hormat kepada suaminya, sebab diketahuinya
bahwa suaminya itu tidaklah orang terbuang; melainkan rimbun rampak dalam kaumnya, ada
beradik berkakak, meski ibunya yang kandung sudah taka da lagi.
(hal 48) (Epitet)
20. Bagaimanapun kekayaan
yang didapat oleh Leman, tentu setinggi-tinggi
melambung akan kembali ketanah jua, kemana kekayaan yang sebanyak itu akan
dibawa (hal 49). (Metonimia)
21. Pendeknya, kalau engkau
suka Leman, bukan ayam yang akan mencari
padi, tetapi padilah yang mencari ayam (hal 58). (Personifikasi)
22. Perasaan-perasaan
demikianlah yang selalu berperang dalam
hatinya (hal 60). (Personofikasi)
23. Dia hanya menggantang
rintang menghadap asap, memandang
langit, memikir-mikirkan keberuntungan di zaman yang akan datang (hal 62). (Personfikasi)
24. Bukankah anak itu buah hati pengarang jantung, patri
berumah tangga? (hal 65). (Personfikasi)
25. Kalau tidak setuju
dengan bunyi suara hati kecil kita,
tentu juga tidak akan kita turutkan (hal 66). (Personfikasi)
26. Dahulu familimu hanya
Poniem sendiri saja, engkau jatuh dia
yang menyambut, engkau karam dia yang menyelami (hal 68). (Metonimia)
37. Kalau abang tak mau,
mereka katanya akan “berkerat-keratan
rotan” dengan abang, tidak akan mau mengakui bersaudara lagi (hal 78). (Metonimia)
38. Alangkah gelapnya hari
kemudianku, langit manakah tempatku berlindung, bumi mana tempatku berpijak
(hal 82). (Personfikasi)
39. “Demi Allah! Ke atas biarlah saya tidak berpucuk, ke
bawah tak berurat, kalau sekiranya engkau ku sia-siakan” (hal 83). (Ironi)
30. Remuk, bagai kaca
terhempas ke batu rasa sakit Poniem (hal 88). (Simile)
31. Meskipun telah jemunya kepada isteri yang tua dan
bagaimanapun tertempuh hatinya kepada isteri yang muda, namu giliran pulang
dijaganya pula sebaik-baiknya, jamnya ditentukannya, kesalnya tidak
diperhatikannya, maknnya dienakkan pula, walaupun pahit
bagai rimbang (hal 97). (Simile)
32. Tapi lama-lama tentu
akan penuh juga ibarat orang menggantang. (hal 106). (Simile)
33. Adapun Mariathun, dia sekampung sehalaman sekota senegeri.
(hlm 117). (Asindeton)
34. Perempuan adalah lautan. (hlm 117)
(Metafora)
(Metafora)
35. Dengan beransur-ansur
Leman telah tertelan oleh Mariathun.
(hlm 117)
(Hiperbol)
(Hiperbol)
36. Ibarat suatu bisul yang telah lama bengkak dan
menanah, sekarang akan kejadianlah letusnya. (hlm 118). (Simile)
37. Dia melihat saja akan
perangai madunya itu dengan benci.
(hlm 118)
(Epitet)
(Epitet)
38. Sebagai kilat cepatnya Leman naik ke atas. (hlm
120)
(Simile)
(Simile)
39. Mata mereka berapi-api
melihat Poniem. (hlm 121)
(Hiperbol)
(Hiperbol)
40. Kalau seorang hanya
menumpahkan hartanya buat anak dan isterinya, dia dnamakan “Batu Terbenam ke Bancah” tidak
memikirkan dunsanak dan kemenakan sendiri, hanya memperkaya “orang Lain” saja.
(hlm 128). (Simile)
41. Sekarang yang menyewa
toko itu sendiri tidak sanggup lagi, tentu kawan itu menerima dengan jari sepuluh. (hlm 135). (Metafora)
42. Dunia itu sebagai roda pedati, sekali kita turun sekali
kita naik; mendapat janganlah terlalu harap, rugi janganlah terlalu cemas. (hlm
136). (Simile)
43. Muka mereka telah
hangus kena panas. (hlm 137)
(Hiperbol)
(Hiperbol)
44. Di tempat yang agak
jauh kelihatan Tuan besar dengan
celana pendek dan topi lebar, tengah memeintah dengan gagahnya kepada kuli-kuli
itu. (hlm 137). (Epitet)
45. Tarikan nafas yang
panjang itu adalah laksana palu yang
dibunyikan oleh ketua satu kerapatan, menjadi alamat bahwa pembicaraan
telah putus, tidak dapat disambung lagi. (hlm 139). (Simile)
46. Suyono sudah pernah
menyaksikan keadaan di dalam rumahtangganya dengan anak dan isterinya dari jong turun ke sampan rasanya
nasibnya. (hlm 177). (Simile)
47. Dicubanya peruntungan ibarat orang berjudi, sekali menang,
sekali kalah juga.
(hlm 178). (Simile)
(hlm 178). (Simile)
Jadi dari keseluruhan gaya bahasa diatas dapat
disimpulkan bahwa gaya sebagai rangkaian ciri Pribadi karena nama pengarang
atau penulisnya sudah ditentukan didalam sebuah karya tulisnya.
No comments:
Post a Comment