prasasti lubuk layang |
Prasasti ini ditulis pada sebuah lempengan batuan sandstone yang kondisinya saat ini dalam posisi miring karena sebagian terbenam dalam tanah. Ukuran lempengan prasasti yang tampak di permukaan adalah panjang 85 cm, sedangkan sisi lainnya dalam kondisi terbenam dan menyisakan permukaan batu sepanjang 43 cm. Lebar batu adalah 42 cm dan tebal 16 cm.
Di bagian atas batu prasasti tersebut saat ini pecah.
Tulisan terdapat di dua sisi. Sisi depan terdiri dari 9 baris, dan beberapa penulisan di bagian atas hilang.
Di sisi belakang terdapat 7 baris tulisan.
Kondisi penulisan secara umum telah memudar, mengingat bahan yang digunakan cenderung rapuh sehingga menyulitkan upaya pembacaan.
Buchari dan Satyawati Sulaiman sependapat bahwa terdapat 2 jenis tulisan pada prasasti Lubuk Layang atau disebut juga dengan Prasasti Kubu Sutan.
Kedua tulisan tersebut agak berbeda dengan penulisan yang biasa dipakai Adityawarman namun penulisan tersebut sangat jauh berbeda dengan tulisan yang umum dipakai rajaraja Sriwijaya.
Tulisan tersebut lebih mirip dengan pertulisan yang dipakai di Kamboja.
Kemungkinan penulisan tersebut berkaitan dengan Adityawarman, mengingat kebiasaannya menggunakan huruf dan bahasa yang berbeda.
Keletakan prasasti Kubu Sutan berada di antara dua pusat kebudayaan besar, yaitu Pagaruyung dan Padang Lawas, tentu saja keduanya membawa pengaruh yang cukup kuat.
Hal yang sama juga diketahui dari temuan prasasti yang terdapat daerah aliran Sungai Ganggo Hilia.
Prasasti ini menggunakan setidaknya dua junis huruf dan bahasa yang berbeda, salah satunya adalah penggunaan Bahasa Jawa.
Adapun isi dari penulisan prasasti tersebut adalah pengumuman mengenai penggunaan mata air, yang boleh dipakai oleh siapa saja, bahkan untuk ternak.
Tidak diketahui siapa yang menulis prasasti tersebut dan untuk tujuan apa sehingga perlu dituliskan dengan huruf dan bahasa yang berbeda?
Hal ini menunjukkan bahwa di daerah tersebut terdapat dua kelompok yang menggunakan dua bahasa yang berbeda.
No comments:
Post a Comment